Jumat, 20 Agustus 2021

TEKNIS PEMBUATAN PESEMAIAN TANAMAN PINUS

 


TEKNIS PEMBUATAN PESEMAIAN TANAMAN PINUS

Tanaman Pinus

Pinus merkusii

Persemaian (nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Peluang bibit untuk bertahan dan dapat tumbuh dengan baik di lapanganan dipengaruhi oleh kesehatan dan kekuatan, ketika mereka ditanam. Bibit yang sehat, proporsi yang seimbang dan pertumbuhan yang bagus mempunyai peluang kelangsungan hidup yang tinggi dibanding bibit yang lemah dan stres. Kemampuan hidup yang lebih baik dari bibit yang berasal dari pesemaian disebabkan oleh 4 faktor utama, yaitu:

 

1. Di lapangan biasanya benih sering gagal untuk menyelesaikan perkecambahan karena lingkungan yang merugikan (kekeringan, banjir) atau diserang oleh patogen;

2. Kerusakan oleh pemangsa benih cukup tinggi di lapangan;

3. Benih yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh vegetasi lain, contohnya gulma herbal, di mana mereka akan berkompetisi;

4. Di persemaian dapat mengendalikan perkecambahan dan lingkungan pertumbuhan, sehingga bibit mempunyai peluang optimal untuk bertahan pada tahapan yang kritis dan masalah pemangsaan biasanya kecil dibanding di lapangan.

 

Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.

Pembangunan persemaian desa/kebun bibit desa merupakan bagian penting dalam upaya rehabilitasi Daerah Tangkapan Air (DTA), karena melalui persemaian akan diproduksi bibit yang kelak akan digunakan dalam kegiatan penanaman pada areal DTA bersangkutan. Tujuan dibangunnya persemaian desa antara lain:

a)     Meminimalkan kerusakan bibit akibat pengangkutan,

b)    Mendekatkan bibit dengan lokasi penanaman,

c)     Memberi percontohan teknik persemaian kepada masyarakat ketika akan mengembangkan jenis-jenis     bermanfaat ke depan,

d)    Peningkatan SDM masyarakat dalam bidang pembibitan. Secara umum pembangunan persemaian akan mencakup beberapa tahap sebagai berikut:

1.     SOSIALISASI DAN KOORDINASI

Sosialisasi dan Koordinasi  Semua kegiatan yang akan melibatkan peran serta masyarakat dan pemerintahan desa harus diawali dengan kegiatan sosialisasi dan koordinasi. Telah disepakati bahwa sosialisasi dan koordinasi merupakan ujung tombak yang sangat penting bagi keberhasilan suatu kegiatan, termasuk kegiatan pembibitan yang akan digunakan untuk rehabilitasi Daerah Tangkapan Air. Pada tahap awal perlu dilakukan koordinasi dengan pihak terkait, khususnya pemerintah desa tentang rencana kegiatan dimaksud, dalam hal ini kegiatan pembibitan desa. Setelah terdapat kesepahaman dengan instansi terkait dan pemerintah desa, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan sosialisasi rencana kegiatan secara detil baik kepada tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat, kelompok tani, pemerintah desa dan pihak terkait lainnya. Beberapa topik penting yang dapat diinformasikan dalam sosialisasi maupun rapat-rapat lanjutan lainnya dengan masyarakat, antara lain:

a.  Penyampaian tentang pengertian, maksud, dan tujuan kegiatan pembibitan desa

b.  Penyampaian tentang rencana kelembagaan dalam membangun kebun bibit desa (dalam hal ini pengelolaan kegiatan akan dikelola oleh kelompok tani)

c.  Penyampian kesepakatan pengadaan bibit, apakah bibit akan dibeli atau dibuat. Namun sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat, maka sangat direkomendasikan pembibitan dilakukan dengan cara membuat sendiri dalam bentuk pembangunan Kebun Bibit Desa/Nagari.

d.  Pembahasan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pembibitan.

Dalam RAB tersebut dibahas tentang kompoenen-komponen mana yang dapat diswadayakan / digotongroyongkan dan komponenkomponen yang dibiayai.

e.  Membahas tentang kesepakatan jadwal kerjabakti kelompok tani dalam pengelolaan kebun bibit desa. Kerjabakti penting dilaksanakan agar suatu kegiatan merupakan milik bersama dan menjadi tanggung jawab bersama. Kerjabakti dapat dilaksanakan secara mingguan.

f.   Membahas rencana lokasi pembibitan

g. Mendapatkan informasi dari masyarakat tentang jenis-jenis tanaman unggulan setempat/lokal khususnya tanaman pohon MPTS (Multi Purpose Trees Species) yaitu pohon penghasil non kayu (penghasil buah, getah, kulit, resin, dan pohon penghasil non kayu lainnya) yang bernilai ekonomis, telah dikenal masyarakat, dan tumbuh baik di wilayah tersebut.

h. Pembahasan penetapan jenis yang akan dikembangkan Pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan pada masing-masing persemaian desa berdasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

(a) Jenis yang dipilih memiliki fungsi dalam konservasi tanah dan air,

(b) Diminati oleh masyarakat karena memiliki nilai ekonomi,

(c) Memiliki kesesuaian tempat tumbuh. Jenis-jenis yang akan dikembangkan berdasarkan kecepatan tumbuh dan nilai ekonominya.

 

2.  PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA PERSEMAIAN

A. Penetapan Lokasi Pembibitan

Lokasi Pembibitan Untuk memperoleh mutu bibit yang baik, dan mengurangi resiko kerusakan bibit ke lokasi penanaman, diperlukan persemaian dan Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) yang sesuai kriteria dan standar mutu. Pembuatan persemaian dilakukan jika kebutuhan bibit diperoleh dengan cara membuat bibit (baik secara vegetatif maupun generatif), Lokasi pembibitan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

Ø  Diutamakan lahan datar-landai, namun jika tidak terdapat lahan datar/landai maka areal untuk pembibitan dapat dibuat dalam bentuk teras-teras untuk meletakkan bedeng sapih.

Ø  Lokasi pembibitan dekat dengan lokasi penanaman, untuk mengurangi resiko kerusakan bibit saat pengangkutan dari lokasi pembibitan ke lokasi penanaman. Semakin jauh lokasi penanaman dari pembibitan maka akan semakin meningkatkan resiko kerusakan fisik saat pengangkutan.

Ø  Lokasi pembibitan bebas dari konflik kepemilikan lahan, karena kebun bibit yang akan dibuat bersifat semi-permanen hingga permanen, maka sebaiknya lokasi tidak memiliki permasalahan kepemilikan lahan di kemudian hari. Lahan disediakan masyarakat yang benar-benar secara sukarela menyediakan lahannya untuk kegiatan pembibitan. Dalam hal ini tidak salah jika perlu dibuatkan Surat Perjanjian antara pemilik lahan dengan Kelompok Tani Pengelola tentang peminjaman lahan untuk kegiatan pembibitan desa.

Ø  Lokasi pembibitan aman dari gangguan alam (banjir, tanah longsor, angin), hewan ternak, hewan liar, dan kemungkinan gangguan manusia.

Ø  Lokasi pembibitan dekat dengan sumber air.

Ø  Lokasi pembibitan memiliki akses jalan yang baik atau setidaknya mudah dijangkau dengan kendaraan sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan bibit.

Ø  Lokasi pembibitan dekat dengan tenaga kerja dalam hal ini anggota kelompok tani pengelola pembibitan, sehingga memudahkan dalam kegiatan pembibitan, pemeliharaan dan pengamanan kebun bibit.

Bahan dan Peralatan Pembibitan Bahan dan alat yang diperlukan dalam pembibitan tanaman diuraikan sebagai berikut:

1.     Bahan Bahan-bahan yang perlu disiapkan dalam melakukan pembibitan antara lain: benih beberapa jenis tanaman yang akan dikembangkan, pestisida (khususnya fungisida dan insektisida), pasir halus, topsoil (lapisan tanah atas), pupuk kandang, sekam padi (dibuat arang sekam), plastik bening, paranet (naungan 65%), polybag (standar ukuran diameter 12 cm, untuk benih besar maka dapat digunakan polybag ukuran lebih besar misalnya diameter 15 cm).

2.     Peralatan Peralatan yang diperlukan antara lain: cangkul, sekop, ember plastik, gembor, sarung tangan, masker, timbangan, gelas ukur, handsprayer, selang air, gerobak dorong, karung, peralatan pengairan, tangki air, ayakan pasir, terpal, golok, gunting stek, Untuk spesies hutan lembab, bedeng tabur biasanya ditutupi oleh lembaran politen yang akan menjaga suhu dan kelembaban tinggi di dalam bedeng tabur. Lembaran politen secara sesuai ditempatkan pada kerangka kayu dan dapat dibuka serta, Bedeng Sapih  merupakan bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menyusun polybag berisi media tumbuh yang selanjutnya digunakan untuk penyapihan semai dan dipelihara hingga menjadi bibit siap tanam. Bedeng sapih dibuat dengan ukuran 1 m x 5 m, batas bedeng menggunakan bambu, jarak antar bedeng 1 m. Bedeng sapih sebaiknya dibuat memanjang menurut arah Utara-Selatan dengan tujuan agar ketika matahari terbit hingga terbenam dari arah Timur ke Barat dapat memberikan cahaya secara merata kepada bibit-bibit yang ditata dalam bedeng sapih.

3.      Naungan Persemaian, Fungsi utama dari konstruksi naungan adalah untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung. Terutama pada persemaian terbuka tanpa naungan dari pohon, perlu untuk membangun penutup yang teduh. Konstruksi naungan terdiri dari bahan atap yang ditopang oleh beberapa struktur dasar. Pada area yang rentan angin, strukturnya harus lebih kuat. Naungan dapat disediakan dengan jaring pelindung dari tikar rumput. Penetrasi cahaya yang cukup harus disediakan, dan harus bisa memindahkan bahan naungan ketika proses hardening bibit. Sebagai alternatif, bibit dapat dipindahkan keluar dari area naungan selama proses hardening. Jaring naungan persemaian (paranet) yang diperdagangkan biasanya berwarna hitam dan terbuat dari bahan sintetis dengan penetrasi cahaya sekitar 50%. Pohon peneduh alami dapat juga menyediakan naungan yang baik. Di Harapan, tanaman eksotik sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan pohon peneduh yang sangat baik karena pertumbuhan yang cepat, tajuk melebar dan relatif terbuka, pohon sengon menyediakan naungan yang seragam dan tidak terlalu rapat. Pertumbuhan bibit saat masih kecil tidak tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara langsung, oleh karenanya perlu diberikan naungan. Untuk membuat naungan maka perlu tiang dan atap. Tiang dapat dibuat dari bambu yang tahan lama (misalnya bambu betung), kemudian bagian atapnya diberi naungan. Tinggi tiang disesuaikan agar tidak mengganggu saat orang berdiri (± 2 – 3 m), karena tiang yang terlalu rendah menyebabkan orang harus merunduk saat memasuki persemaian. Secara sederhana naungan dapat dibuat dari alang-alang, namun umumnya kondisi ini menghasilkan naungan yang tidak seragam terhadap semua bibit di bedeng sapih. Naungan persemaian menggunakan paranet naungan yang lebih gelap. Agar diperoleh naungan dengan pencahayaan yang seragam, maka sebaiknya digunakan paranet. Terdapat beberapa tingkat penutupan naungan paranet (75%, 65%, 50%, dll.). Untuk persemaian pada umumnya dapat digunakan paranet dengan tingkat naungan 65%, adapun untuk jenis meranti dapat menggunakan tingkat naungan lebih berat, misalnya 75%. Sedangkan jenis jenis yang pertumbuhannya membutuhkan cahaya penuh (jati, sengon, jabon, dll.), maka dapat menggunakan naungan 50% khusus untuk tanaman perkebunan seperti kakao, maka atap naungan perlu dilapis dengan plastik buram, hal ini dimaksudkan agar bibit kakao tidak terkena air hujan secara menerus, karena media bibit yang tergenang air dapat menyebabkan kematian bibit. Hal yang sama juga untuk bibit lada, agar dihindarijangan sampai media bibit lada tergenang air hujan terlalu lama.

4.     Sarana Perairan Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah persemaian/kebun bibit. Oleh sebab itu persemaian harus dibuat tidak jauh dari sumber air, misalnya sungai dan sumber mata air. Jika sumber air berada di bagian atas persemaian, maka untuk mengalirkan air menuju penampung air/tangki air di persemaian tidak memerlukan alat jenset, namun sebaliknya akan menggunakan jenset jika sumber air berada di bawah areal persemaian. Sistem penyiraman yang baik merupakan hal yang penting untuk produksi tanaman di persemaian. Sumber air biasanya berupa sungai dan kolam permanen. Pompa elektrik atau yang berdasarkan bahan bakar mengambil air dari sumber menuju sistem pipa utama dan melalui sistem sprinkle menyemprotkan air ke seluruh tanaman. Agar sistem sprinkle dapat bekerja secara benar, pompa harus mempunyai kapasitas untuk menyediakan tekanan yang mencukupi. Bagian-bagian berbeda dari persemaian disiram bergantian dengan vent tertutup pada beberapa bagian ketika menyiram bagian yang lain. Sistem cadangan-air harus tersedia jikalau sistem irigasi rusak, yang pasti terjadi sekali-sekali.

5.     Gubuk Kerja Gubuk kerja merupakan bangunan sederhana berukuran 3 m x 4 m, beratap rumbia, dan bagian alas cukup tetap tanah (tidak perlu dilantai semen). Gubuk kerja digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan persemaian antara lain: pengayakan media, pengantongan media ke polybag, perlakuan benih, penyiapan bak kecambah plastik, penyiapan media kecambah, dll.

 

B.  Teknik Penyapihan

Penyapihan merupakan pekerjaan yang menentukan keberhasilan persemaian. Tingkat kematian pada penyapihan akan sangat tergantung dari Teknik penyapihan yang digunakan dan keterampilan yang dimiliki para pekerja. Pekerja dengan keterampilan tinggi akan memperoleh hasil yang lebih tinggi, baik dari segi jumlah kecambah yang disampih maupun dari persen jadi kecambah di kantong plastic tersebut. Penyapihan tidak boleh dilaksanakan pada sore hari, karena kecambah akan memiliki waktu selama 1 malam untuk menyesuaikan diri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan, yaitu:

a)     untuk penyeleksian kecambah hanya dipilih yang bagus dan umurnya memenuhi 

b)    pengambilan kecambah memakai soled

c)     setiap kali pengambilan kecambah jangan terlalu banyak.

d)    dijaga kelembabannya dengan menggunakan ember berisi air atau pelepah pisang

e)     media disiram dahulu sampai penuh.

f)     media dilubangi menggunakan stikg.

g)    posisi akar kecambah jangan sampai tertekuk. Untuk jenis tertentuyang akarnya sudah banyak bisa dilakukan pengurangan

h)    lubang ditutup kembali menggunakan soled sampai tidak ada rongga yang tersisa.

i)      media disiram kembali 

j)      diberi nauangan

 

 Pelaksanaan Penyapihan

a)     Kumpulkan kecambah dari bak tabur kedalam wadah yang diberi air secukupnya. Catatan: hanya kecambah yang baik saja yang disampih.

b)    Buat lubang pada media di kantong plastik, dengan tongkat kecil sedalam panjang akarkecambah lebih sedikit agar kecambah jangan sampai terlipatwaktu memasukkan

c)     Masukkan akar kecambah secara hati-hati kemudian lubang ditutup denganmedia dengan media dengan tongkat kecil lagi, agar semai dapat berdiri lebihkuat lagi, media pada pangkal batang semai ditekan dengan ibu jari dan jaritelunjukd

d)    Sampih disiram dua kali sehari pagi dan sore sejak tanaman disampih sampaiakan ditanam dilapangan

  

Pemeliharaan Persemaian

1.     Naungan Bedeng Sapih

Naungan bedeng sapih diperlukan, terutama pada saat awal penyapihan. Kebutuhan naungan untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda tergantung dari kebutuhan tanaman rotan yang memerlukan naungan lebih berat karena kepekaannya terhadap sinar matahari.

 

2.     Penyiraman 

Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada saat pagi dan sore hari. Penyiraman di pagi hari harus sudah selesai pada pukul 10 pagi, sedangkan pada sore hari penyiraman bisa dilakukan mulai pukul 3 sore. Penyiraman pada waktu terik matahari dapat menyebabkan kematian pada bibit. Semai harus disiram sampai jenuh, Penyiraman yang kurang memenuhi syarat akan sangat mengganggu pertumbuhan semai.


 

3.     Penyulaman

Penyulaman dilakukan sesegera mungkin setelah penyapihan jika sudah diketahui ada kematian tanaman pada saat penyapihan. Penyulaman kedua dilakukan pada saat bi bit sudah mulai besar, dengan cara memisahkan kantong plastic.

 

4.     Penyiangan Rumput

Rumput merupakan penggangu utama pekerjaan persemaian. Pembersihan rumput harus dilakukan seawal mungkin sehingga rumput belum tumbuh meninggi. Mencabut rumput yang terlanjur besar/tinggi akan merusak media dan semai itu sendiri. Rumput yang tumbuh diluar kantong plastic dapat dikendalikan dengan herbisida namun dengan catatan pada waktu penyemprotan tidak sampai mengangu semai.

 

Seleksi

Tujuan dari seleksi ada tiga yaitu:

a)     memberikan ruang tumbuh yang sama pada tiap semai caranya adalahmengumpulkan semai dengan ketinggian yang sama. Jika selaksitidak dilaksanakan, semai yang tertekan tidak akan tumbuh maksimal bahkan mungkin mengalami kematian 

b)    seleksi kualitas semai dengan cara memisahkan semai yangkualitasnya tidak memenuhi syarat, seperti misalnya bengkok atau pertumbuhannya merana.

c)     Memisahkan kantong plastik kosong atau semai yang berpenyakit

 

Perlindungan Terhadap Hama Penyakit

Hama penyakit selalu ada di dalam persemaian. Jika hama dan penyakit tersebut dapat diatasi secara maksimal, maka tidak perlu dilakukan penyemprotan. 

Misalkan dengan cara seleksi seperti diatas atau manual mematikan hama yang kita dapati pada saat pembersihan rumput. Jika intensitas serangan semakin tinggi, diperlukan penanggulangan melalui penyemprotan menggunakan insektisida untuk hama atau fungsisda untuk penyakit yang disebabkann oleh jamur.

 

Pemotongan Akar dan Daun

Untuk jenis tertentu diperlukan pemeliharaan berupa pemotonganakar dan daun. Pemotongan akar dimaksudkan agar akar semai tidak tembuske tanah. Akar harus segera dipotong jika keluar dari kantong plastik.

 

Umur persemaian sekitar 8–10 bulan. Ciri utama siap tanam adalah keluarnya pucuk yang menyerupai ekor tupai. Pinus adalah jenis tanaman yang memerlukan mikorisa untuk dapat tumbuh baik. Mikorisa adalah sejenis jamur yang hidup diakar

pohon. Fungsi jamur ini adalah untuk membantu pohon pinusdalam memproses hara didalam tanah agar bisa masuk ke dalam jaringan tanaman. Tanpa mikorisa, kemampuan akar pinusmenyerap makanan sangat rendah, sehingga tanaman akan

tumbuh merana. Mikorisa banyak tersedia pada tanah dibawah tegakan pinus, sehingga top soil untuk persemaian pinus harusdiambil dari bawah tegakan pinus. Pada dasarnya, tanah daritegakan pinus yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Sejumputtanah pun cukup jika dalam sejumput tanah tersebut sudah mengandung mikorisa. Mikorisa akan berkembang biak dengan sendirinya.

 

GEJALA SERANGAN PENYAKIT

Biasanya tumbuhan yang terserang penyakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejalanya adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendirisebagai akibat adanya penyakit.Bentuk-Bentuk gejala dapat berupa:

1.         Matinya bagian tumbuhan (bercak-bercak/noda)

2.         Hidrosis (kebasah-basahan)

3.         Klorosis (menguningnya bagian-bagian yang berwarna hijau)

4.         Layu

5.         Gosong

6.         Mati pucuk

7.         Busuk

8.         Rebah semai ( damping off )

9.         Kanker

10.       Pendarahan (pengeluaran cairan)

11.       Pertumbuhan yang tidak normal (kerdil), dan lain-lain

 

Pemupukan dapat dilakukan apabila:

1.     Pemupukan pertama/pupuk dasar diberikan pada saat pencampuran mediasemai (top soil dan kompos) dengan menggunakan pupuk TSP/SP dengan doses3 kg/m3 media semai.

2.     Apabila selanjutnya pada bibit terdapat gejala kekurangan unsur hara (daun menguning, kurus, dan lain-lain) diberikan pupuk-lanjutan setiap 10 hari sekali,sampai umur bibit siap tanam dengan menggunakan pupuk ZA dengan dosis 1gram/plc, aplikasi pada akar bibit atau Gandasil D dengan dosis 10 gram/10 literair, aplikasi pada daun bibit atau komplesal

3.     Dengan dosis 1 sendok teh per 6 liter air, aplikasi pada akar/daun bibit.

 

 

LOKASI PEMBIBITAN


   

Pembuatan bedeng sapih



 
Pemasangan tiang naungan






Pem
Pemasangan naungan


nganPem

P

Pembuatan gubuk kerja

g