Pinus merkusii |
1. Di
lapangan biasanya benih sering gagal untuk menyelesaikan perkecambahan karena lingkungan yang merugikan (kekeringan, banjir) atau
diserang oleh patogen;
2. Kerusakan
oleh pemangsa benih cukup tinggi di lapangan;
3. Benih
yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh vegetasi lain,
contohnya gulma herbal, di mana mereka akan berkompetisi;
4. Di
persemaian dapat mengendalikan perkecambahan dan lingkungan pertumbuhan,
sehingga bibit mempunyai peluang
optimal untuk bertahan pada tahapan yang kritis dan masalah pemangsaan biasanya
kecil dibanding di lapangan.
Penanaman benih ke lapangan dapat
dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus
disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke
lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar
dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau
jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pembangunan persemaian desa/kebun bibit
desa merupakan bagian penting dalam upaya rehabilitasi Daerah Tangkapan Air
(DTA), karena melalui persemaian akan diproduksi bibit yang kelak akan digunakan
dalam kegiatan penanaman pada areal DTA bersangkutan. Tujuan dibangunnya
persemaian desa antara lain:
a) Meminimalkan kerusakan bibit akibat
pengangkutan,
b) Mendekatkan bibit dengan lokasi penanaman,
c) Memberi percontohan teknik persemaian kepada
masyarakat ketika akan mengembangkan jenis-jenis bermanfaat
ke depan,
d) Peningkatan SDM masyarakat dalam bidang
pembibitan. Secara umum pembangunan persemaian akan mencakup beberapa tahap
sebagai berikut:
1. SOSIALISASI
DAN KOORDINASI
Sosialisasi dan Koordinasi Semua kegiatan yang akan melibatkan peran
serta masyarakat dan pemerintahan desa harus diawali dengan kegiatan
sosialisasi dan koordinasi. Telah disepakati bahwa sosialisasi dan koordinasi
merupakan ujung tombak yang sangat penting bagi keberhasilan suatu kegiatan,
termasuk kegiatan pembibitan yang akan digunakan untuk rehabilitasi Daerah
Tangkapan Air. Pada tahap awal perlu dilakukan koordinasi dengan pihak terkait,
khususnya pemerintah desa tentang rencana kegiatan dimaksud, dalam hal ini kegiatan
pembibitan desa. Setelah terdapat kesepahaman dengan instansi terkait dan
pemerintah desa, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan sosialisasi rencana
kegiatan secara detil baik kepada tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat,
kelompok tani, pemerintah desa dan pihak terkait lainnya. Beberapa topik
penting yang dapat diinformasikan dalam sosialisasi maupun rapat-rapat lanjutan
lainnya dengan masyarakat, antara lain:
a.
Penyampaian
tentang pengertian, maksud, dan tujuan kegiatan pembibitan desa
b.
Penyampaian
tentang rencana kelembagaan dalam membangun kebun bibit desa (dalam hal ini pengelolaan kegiatan akan dikelola oleh
kelompok tani)
c. Penyampian kesepakatan pengadaan bibit, apakah
bibit akan dibeli atau dibuat. Namun sebagai bagian dari upaya pemberdayaan
masyarakat, maka sangat direkomendasikan pembibitan dilakukan dengan cara
membuat sendiri dalam bentuk pembangunan Kebun Bibit Desa/Nagari.
d.
Pembahasan
Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pembibitan.
Dalam
RAB tersebut dibahas tentang kompoenen-komponen mana yang dapat diswadayakan / digotongroyongkan
dan komponenkomponen yang dibiayai.
e.
Membahas
tentang kesepakatan jadwal kerjabakti kelompok tani dalam pengelolaan kebun
bibit desa. Kerjabakti penting dilaksanakan agar suatu kegiatan merupakan milik
bersama dan menjadi tanggung jawab bersama. Kerjabakti dapat dilaksanakan
secara mingguan.
f.
Membahas rencana lokasi
pembibitan
g.
Mendapatkan informasi dari masyarakat
tentang jenis-jenis tanaman unggulan setempat/lokal khususnya tanaman pohon
MPTS (Multi Purpose Trees Species) yaitu pohon penghasil non kayu (penghasil
buah, getah, kulit, resin, dan pohon penghasil non kayu lainnya) yang bernilai
ekonomis, telah dikenal masyarakat, dan tumbuh baik di wilayah tersebut.
h.
Pembahasan penetapan jenis yang akan
dikembangkan Pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan pada masing-masing
persemaian desa berdasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
(a)
Jenis yang dipilih memiliki fungsi dalam
konservasi tanah dan air,
(b)
Diminati oleh masyarakat karena memiliki
nilai ekonomi,
(c) Memiliki kesesuaian tempat tumbuh.
Jenis-jenis yang akan dikembangkan berdasarkan kecepatan tumbuh dan nilai
ekonominya.
2.
PENYIAPAN
SARANA DAN PRASARANA PERSEMAIAN
A.
Penetapan Lokasi Pembibitan
Lokasi
Pembibitan Untuk memperoleh mutu bibit yang baik, dan mengurangi resiko
kerusakan bibit ke lokasi penanaman, diperlukan persemaian dan Tempat
Pengumpulan Sementara (TPS) yang sesuai kriteria dan standar mutu. Pembuatan
persemaian dilakukan jika kebutuhan bibit diperoleh dengan cara membuat bibit
(baik secara vegetatif maupun generatif), Lokasi pembibitan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut:
Ø Diutamakan
lahan datar-landai, namun jika tidak terdapat lahan datar/landai maka areal untuk
pembibitan dapat dibuat dalam bentuk teras-teras untuk meletakkan bedeng sapih.
Ø Lokasi
pembibitan dekat dengan lokasi penanaman, untuk mengurangi resiko kerusakan bibit
saat pengangkutan dari lokasi pembibitan ke lokasi penanaman. Semakin jauh
lokasi penanaman dari pembibitan maka akan semakin meningkatkan resiko
kerusakan fisik saat pengangkutan.
Ø Lokasi
pembibitan bebas dari konflik kepemilikan lahan, karena kebun bibit yang akan
dibuat bersifat semi-permanen hingga permanen, maka sebaiknya lokasi tidak
memiliki permasalahan kepemilikan lahan di kemudian hari. Lahan disediakan
masyarakat yang benar-benar secara sukarela menyediakan lahannya untuk kegiatan
pembibitan. Dalam hal ini tidak salah jika perlu dibuatkan Surat Perjanjian
antara pemilik lahan dengan Kelompok Tani Pengelola tentang peminjaman lahan
untuk kegiatan pembibitan desa.
Ø Lokasi
pembibitan aman dari gangguan alam (banjir, tanah longsor, angin), hewan ternak,
hewan liar, dan kemungkinan gangguan manusia.
Ø Lokasi
pembibitan dekat dengan sumber air.
Ø Lokasi
pembibitan memiliki akses jalan yang baik atau setidaknya mudah dijangkau
dengan kendaraan sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan bibit.
Ø Lokasi
pembibitan dekat dengan tenaga kerja dalam hal ini anggota kelompok tani
pengelola pembibitan, sehingga memudahkan dalam kegiatan pembibitan,
pemeliharaan dan pengamanan kebun bibit.
Bahan
dan Peralatan Pembibitan Bahan dan alat yang diperlukan dalam pembibitan
tanaman diuraikan sebagai berikut:
1. Bahan
Bahan-bahan yang perlu disiapkan dalam melakukan pembibitan antara lain: benih
beberapa jenis tanaman yang akan dikembangkan, pestisida (khususnya fungisida
dan insektisida), pasir halus, topsoil (lapisan tanah atas), pupuk kandang,
sekam padi (dibuat arang sekam), plastik bening, paranet (naungan 65%), polybag
(standar ukuran diameter 12 cm, untuk benih besar maka dapat digunakan polybag
ukuran lebih besar misalnya diameter 15 cm).
2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan antara lain: cangkul, sekop, ember plastik, gembor,
sarung tangan, masker, timbangan, gelas ukur, handsprayer, selang air, gerobak
dorong, karung, peralatan pengairan, tangki air, ayakan pasir, terpal, golok,
gunting stek, Untuk spesies hutan lembab, bedeng tabur biasanya ditutupi oleh
lembaran politen yang akan menjaga suhu dan kelembaban tinggi di dalam bedeng
tabur. Lembaran politen secara sesuai ditempatkan pada kerangka kayu dan dapat
dibuka serta, Bedeng Sapih merupakan
bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menyusun polybag berisi media
tumbuh yang selanjutnya digunakan untuk penyapihan semai dan dipelihara hingga
menjadi bibit siap tanam. Bedeng sapih dibuat dengan ukuran 1 m x 5 m, batas
bedeng menggunakan bambu, jarak antar bedeng 1 m. Bedeng sapih sebaiknya dibuat
memanjang menurut arah Utara-Selatan dengan tujuan agar ketika matahari terbit
hingga terbenam dari arah Timur ke Barat dapat memberikan cahaya secara merata
kepada bibit-bibit yang ditata dalam bedeng sapih.
3. Naungan Persemaian, Fungsi utama dari
konstruksi naungan adalah untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung.
Terutama pada persemaian terbuka tanpa naungan dari pohon, perlu untuk
membangun penutup yang teduh. Konstruksi naungan terdiri dari bahan atap yang
ditopang oleh beberapa struktur dasar. Pada area yang rentan angin, strukturnya
harus lebih kuat. Naungan dapat disediakan dengan jaring pelindung dari tikar
rumput. Penetrasi cahaya yang cukup harus disediakan, dan harus bisa
memindahkan bahan naungan ketika proses hardening bibit. Sebagai alternatif,
bibit dapat dipindahkan keluar dari area naungan selama proses hardening.
Jaring naungan persemaian (paranet) yang diperdagangkan biasanya berwarna hitam
dan terbuat dari bahan sintetis dengan penetrasi cahaya sekitar 50%. Pohon
peneduh alami dapat juga menyediakan naungan yang baik. Di Harapan, tanaman
eksotik sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan pohon peneduh yang sangat
baik karena pertumbuhan yang cepat, tajuk melebar dan relatif terbuka, pohon sengon
menyediakan naungan yang seragam dan tidak terlalu rapat. Pertumbuhan bibit
saat masih kecil tidak tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara
langsung, oleh karenanya perlu diberikan naungan. Untuk membuat naungan maka
perlu tiang dan atap. Tiang dapat dibuat dari bambu yang tahan lama (misalnya
bambu betung), kemudian bagian atapnya diberi naungan. Tinggi tiang disesuaikan
agar tidak mengganggu saat orang berdiri (± 2 – 3 m), karena tiang yang terlalu
rendah menyebabkan orang harus merunduk saat memasuki persemaian. Secara
sederhana naungan dapat dibuat dari alang-alang, namun umumnya kondisi ini
menghasilkan naungan yang tidak seragam terhadap semua bibit di bedeng sapih. Naungan persemaian menggunakan paranet
naungan yang lebih gelap. Agar diperoleh naungan dengan pencahayaan yang
seragam, maka sebaiknya digunakan paranet. Terdapat beberapa tingkat penutupan
naungan paranet (75%, 65%, 50%, dll.). Untuk persemaian pada umumnya dapat
digunakan paranet dengan tingkat naungan 65%, adapun untuk jenis meranti dapat
menggunakan tingkat naungan lebih berat, misalnya 75%. Sedangkan jenis jenis yang pertumbuhannya membutuhkan
cahaya penuh (jati, sengon, jabon, dll.), maka dapat menggunakan naungan 50% khusus
untuk tanaman perkebunan seperti kakao, maka atap naungan perlu dilapis dengan
plastik buram, hal ini dimaksudkan agar bibit kakao tidak terkena air hujan
secara menerus, karena media bibit yang tergenang air dapat menyebabkan
kematian bibit. Hal yang sama juga untuk bibit lada, agar dihindarijangan sampai
media bibit lada tergenang air hujan terlalu lama.
4. Sarana
Perairan Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah persemaian/kebun bibit.
Oleh sebab itu persemaian harus dibuat tidak jauh dari sumber air, misalnya
sungai dan sumber mata air. Jika sumber air berada di bagian atas persemaian,
maka untuk mengalirkan air menuju penampung air/tangki air di persemaian tidak
memerlukan alat jenset, namun sebaliknya akan menggunakan jenset jika sumber
air berada di bawah areal persemaian. Sistem penyiraman yang baik merupakan hal
yang penting untuk produksi tanaman di persemaian. Sumber air biasanya berupa
sungai dan kolam permanen. Pompa elektrik atau yang berdasarkan bahan bakar
mengambil air dari sumber menuju sistem pipa utama dan melalui sistem sprinkle
menyemprotkan air ke seluruh tanaman. Agar sistem sprinkle dapat bekerja secara
benar, pompa harus mempunyai kapasitas untuk menyediakan tekanan yang
mencukupi. Bagian-bagian berbeda dari persemaian disiram bergantian dengan vent
tertutup pada beberapa bagian ketika menyiram bagian yang lain. Sistem
cadangan-air harus tersedia jikalau sistem irigasi rusak, yang pasti terjadi
sekali-sekali.
5. Gubuk
Kerja Gubuk kerja merupakan bangunan sederhana berukuran 3 m x 4 m, beratap
rumbia, dan bagian alas cukup tetap tanah (tidak perlu dilantai semen). Gubuk
kerja digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan persemaian antara lain:
pengayakan media, pengantongan media ke polybag, perlakuan benih, penyiapan bak
kecambah plastik, penyiapan media kecambah, dll.
B. Teknik
Penyapihan
Penyapihan merupakan pekerjaan yang menentukan
keberhasilan persemaian. Tingkat kematian pada penyapihan akan sangat
tergantung dari Teknik penyapihan yang digunakan dan keterampilan yang dimiliki
para pekerja. Pekerja dengan keterampilan tinggi akan memperoleh hasil yang
lebih tinggi, baik dari segi jumlah kecambah yang disampih maupun dari persen
jadi kecambah di kantong plastic tersebut. Penyapihan tidak boleh dilaksanakan
pada sore hari, karena kecambah akan memiliki waktu selama 1 malam untuk
menyesuaikan diri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan,
yaitu:
a)
untuk penyeleksian kecambah hanya
dipilih yang bagus dan umurnya
memenuhi
b)
pengambilan kecambah memakai soled
c)
setiap kali pengambilan kecambah jangan terlalu
banyak.
d)
dijaga kelembabannya dengan menggunakan ember
berisi air atau pelepah pisang
e)
media disiram dahulu sampai penuh.
f)
media dilubangi menggunakan stikg.
g)
posisi akar kecambah
jangan sampai tertekuk. Untuk jenis tertentuyang akarnya
sudah banyak bisa dilakukan pengurangan
h)
lubang ditutup kembali menggunakan soled
sampai tidak ada rongga yang tersisa.
i)
media disiram kembali
j)
diberi nauangan
Pelaksanaan
Penyapihan
a)
Kumpulkan kecambah dari bak tabur kedalam wadah
yang diberi air secukupnya. Catatan: hanya kecambah yang baik saja yang
disampih.
b)
Buat lubang pada media di kantong plastik, dengan tongkat kecil sedalam panjang akarkecambah lebih sedikit agar kecambah jangan sampai terlipatwaktu
memasukkan
c)
Masukkan akar kecambah secara hati-hati kemudian
lubang ditutup denganmedia dengan media dengan tongkat kecil lagi, agar semai
dapat berdiri lebihkuat lagi, media pada pangkal batang semai ditekan dengan
ibu jari dan jaritelunjukd
d)
Sampih disiram dua kali sehari pagi dan sore sejak
tanaman disampih sampaiakan ditanam dilapangan
Pemeliharaan
Persemaian
1. Naungan
Bedeng Sapih
Naungan bedeng sapih diperlukan, terutama pada saat awal penyapihan. Kebutuhan
naungan untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda tergantung dari
kebutuhan tanaman rotan yang memerlukan naungan lebih berat karena kepekaannya
terhadap sinar matahari.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari,
yaitu pada saat pagi dan
sore hari. Penyiraman di pagi hari harus sudah
selesai pada pukul 10 pagi, sedangkan pada sore hari penyiraman bisa dilakukan
mulai pukul 3 sore.
Penyiraman pada waktu terik matahari dapat
menyebabkan kematian pada bibit. Semai harus disiram sampai jenuh,
Penyiraman yang kurang memenuhi syarat akan sangat mengganggu pertumbuhan
semai.
3.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan sesegera mungkin setelah penyapihan jika sudah diketahui
ada kematian tanaman pada saat penyapihan. Penyulaman
kedua dilakukan pada saat bi bit sudah mulai besar, dengan cara
memisahkan kantong plastic.
4. Penyiangan
Rumput
Rumput
merupakan penggangu utama pekerjaan persemaian. Pembersihan rumput
harus dilakukan seawal mungkin sehingga rumput belum tumbuh meninggi.
Mencabut rumput yang terlanjur besar/tinggi akan merusak media
dan semai itu sendiri. Rumput
yang tumbuh diluar kantong plastic dapat
dikendalikan dengan herbisida namun dengan catatan pada waktu penyemprotan
tidak sampai mengangu semai.
Seleksi
Tujuan
dari seleksi ada tiga yaitu:
a) memberikan
ruang tumbuh yang sama pada tiap semai caranya adalahmengumpulkan semai dengan
ketinggian yang sama. Jika selaksitidak dilaksanakan, semai yang tertekan tidak
akan tumbuh maksimal bahkan mungkin mengalami kematian
b) seleksi
kualitas semai dengan cara memisahkan semai yangkualitasnya tidak memenuhi
syarat, seperti misalnya bengkok atau pertumbuhannya merana.
c) Memisahkan
kantong plastik kosong atau semai yang berpenyakit
Perlindungan
Terhadap Hama Penyakit
Hama
penyakit selalu ada di dalam persemaian. Jika hama dan penyakit tersebut dapat diatasi secara maksimal, maka tidak
perlu dilakukan penyemprotan.
Misalkan dengan cara seleksi seperti diatas atau manual mematikan
hama yang kita dapati pada saat pembersihan rumput. Jika intensitas
serangan semakin tinggi, diperlukan penanggulangan melalui penyemprotan
menggunakan insektisida untuk hama atau fungsisda untuk penyakit yang
disebabkann oleh jamur.
Pemotongan
Akar dan Daun
Untuk
jenis tertentu diperlukan pemeliharaan berupa pemotonganakar dan daun.
Pemotongan akar dimaksudkan agar akar semai tidak tembuske tanah. Akar harus
segera dipotong jika keluar dari kantong plastik.
Umur
persemaian sekitar 8–10 bulan.
Ciri utama siap tanam adalah keluarnya pucuk yang menyerupai ekor tupai.
Pinus adalah jenis tanaman yang memerlukan mikorisa untuk dapat tumbuh baik. Mikorisa adalah sejenis jamur yang hidup diakar
pohon.
Fungsi jamur ini adalah untuk membantu pohon pinusdalam memproses hara
didalam tanah agar bisa masuk ke dalam jaringan tanaman. Tanpa
mikorisa, kemampuan akar pinusmenyerap makanan sangat rendah, sehingga
tanaman akan
tumbuh
merana. Mikorisa banyak tersedia pada tanah dibawah tegakan pinus, sehingga top soil untuk persemaian
pinus harusdiambil dari bawah tegakan pinus. Pada dasarnya, tanah
daritegakan pinus yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Sejumputtanah pun cukup
jika dalam sejumput tanah tersebut sudah mengandung mikorisa. Mikorisa akan berkembang biak dengan sendirinya.
GEJALA
SERANGAN PENYAKIT
Biasanya
tumbuhan yang terserang penyakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejalanya
adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendirisebagai
akibat adanya penyakit.Bentuk-Bentuk gejala dapat berupa:
1. Matinya bagian
tumbuhan (bercak-bercak/noda)
2. Hidrosis (kebasah-basahan)
3. Klorosis (menguningnya
bagian-bagian yang berwarna hijau)
4. Layu
5. Gosong
6. Mati pucuk
7. Busuk
8. Rebah semai ( damping
off )
9. Kanker
10. Pendarahan
(pengeluaran cairan)
11. Pertumbuhan
yang tidak normal (kerdil), dan lain-lain
Pemupukan
dapat dilakukan apabila:
1.
Pemupukan pertama/pupuk dasar diberikan pada saat
pencampuran mediasemai (top soil dan kompos) dengan menggunakan pupuk
TSP/SP dengan doses3 kg/m3 media
semai.
2.
Apabila selanjutnya pada bibit
terdapat gejala kekurangan unsur hara (daun menguning, kurus,
dan lain-lain) diberikan pupuk-lanjutan setiap 10 hari sekali,sampai umur bibit
siap tanam dengan menggunakan pupuk ZA dengan dosis 1gram/plc, aplikasi pada
akar bibit atau Gandasil D dengan dosis 10 gram/10 literair, aplikasi pada daun
bibit atau komplesal
3.
Dengan
dosis 1 sendok teh per
6 liter air,
aplikasi pada akar/daun bibit.
LOKASI PEMBIBITAN
Pembuatan bedeng sapih |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar